Beranda · Olahraga · B.Indonesia · Seni · Sejarah · Biologi · TIK · Pengetahuan · Motivasi · Islami ·

Husnuzan Pada Diri Sendiri dan Sesama Manusia

Husnuzan Pada Diri Sendiri
    Husnuzzan kepada diri sendiri artinya berbaik sangka kepada diri sendiri. Kita berbaik sangka bahwa kita dapat mencapai tingkat yang lebih baik, lebih tinggi, lebih sukses, lebih beriman, dan seterusnya. Sikap baik sangka kepada diri sendiri merupakan suatu keharusan apabila ingin mencapai prestasi terbesar kita dalam bidang apa pun. Bersikap husnuzan kepada diri sendiri dapat kita lakukan dengan mengeksplorasi potensi diri dengan mencoba hal-hal baru dalam kehidupan kita.Kita adalah satu pribadi unik yang oleh Allah Swt. diberikan kesempatan untuk berkarya. Allah Swt. telah memberikan potensi yang luar biasa kepada setiap manusia termasuk kita. Akan tetapi, adakalanya kita tidak menyadari bahkan meremehkan potensi yang diberikan Allah Swt. kepada kita. Berhusnuzan kepada diri sendiri menjadi jalan dan dasar untuk membuka kesempatan kita berkembang.
Cara berhusnuzan kepada diri sendiri dapat kita lakukan dengan:
1. Percaya pada Kemampuan Diri Sendiri
    Percaya merupakan sikap batin seseorang. Rasa percaya mengantarkan kita pada sikap positif dan optimis terhadap apa pun yang kita percayai. Demikian juga percaya pada diri sendiri. Rasa percaya pada diri sendiri merupakan salah satu sisi sikap husnuzan kepada diri sendiri yang menjadi dasar pengembangan diri. Apa pun dan bagaimana pun buruk keadaan seseorang apabila rasa percaya diri telah memenuhi hati, maka dia akan bisa berkembang hingga di luar bayangannya. Sebaliknya, apabila seseorang telah terjangkit penyakit tidak percaya diri, sebaik apa pun keadaannya, sebanyak apa pun dukungan untuknya, dia tidak akan berkembang sesuai harapan.
Percaya pada Kemampuan Diri Sendiri
    Sikap percaya diri akan menumbuhkan sikap optimis dalam jiwa. Dengan adanya sikap optimis ini, masa depan yang terbentang luas bukan lagi terlihat sebagai ancaman melainkan kesempatan untuk berbuat dan berkarya. Sikap percaya diri dan optimis menyebabkan seseorang berani bermimpi dan memiliki keinginan serta cita-cita. Keyakinan yang tertanam kuat dalam diri seseorang mendorongnya mampu melewati hambatan dan tantangan yang ada di hadapannya. Dengan sikap ini kehidupan akan berkembang menuju arah yang lebih baik. Tentu saja dengan caracara yang tertuntun oleh wahyu sehingga selalu dalam koridor ajaran Allah Swt. dan rasul-Nya.
2. Tidak Membatasi Kemampuan Diri untuk Berkembang
    Kemampuan manusia memang ada batasnya. Kemampuan manusia tidaklah sama dengan kemampuan Allah Swt. yang tidak terbatas. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi alasan untuk membatasi kemampuan diri. Kemampuan kita sebagai manusia memang terbatas, tetapi kita juga tidak mengetahui batas kemampuan itu. Apakah saat kita tidak bisa melakukan suatu hal berarti kita telah sampai pada batas kemampuan? Apakah saat kita gagal meraih sesuatu berarti kemampuan kita memang hanya sebatas itu atau kita perlu belajar dan berusaha lebih keras lagi?
    Kemampuan, kesuksesan, dan kegagalan sebenarnya beberapa hal yang berbeda. Adakalanya kita mampu tetapi tidak berhasil. Adakalanya juga kita sukses, tetapi tidak tahu hal itu bisa terjadi. Dengan kenyataan ini, kesuksesan dan kegagalan sebenarnya tidak semata ditentukan oleh kemampuan kita. Artinya, ada faktor lain yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan kita. Meskipun demikian, semakin tinggi tingkat kemampuan kita semakin besar pula kemungkinan sukses dapat teraih. harus selalu menampilkan kemampuan terbaik kita. Tidak membatasi kemampuan diri merupakan sikap husnuzan kepada diri sendiri. Kita percaya bahwa kita dapat menjadi lebih baik. Satu hal yang juga perlu kita sadari bahwa meningkatkan kemampuan tidak dapat dilakukan seketika. Meningkatkan kemampuan harus kita lakukan dengan caracara
sesuai aturan Allah Swt.
    Cara yang pasti adalah dengan tekun dan gigih berlatih mengembangkan kemampuan yang telah kita miliki. Kemampuan yang telah kita dapatkan bukanlah kemampuan tertinggi yang dapat kita capai. Dengan tekun belajar dan berlatih, kemampuan baru akan kita temukan dan kemampuan lama akan berkembang semakin baik. Sebagaimana kata bijak practise makes perfect, berlatih menyebabkan keahlian kita semakin sempurna. Selain gigih mengembangkan diri, sikap husnuzan kepada diri sendiri dapat kita tunjukkan dengan sadar diri. Sebagai manusia yang memiliki keimanan kepada Allah Swt. kita harus sadar bahwa segala kemampuan adalah milik Allah Swt. Oleh karena itu, saat kita merasa telah lelah berusaha hingga merasa sampai di batas kemampuan, yakinlah pada Zat yang memiliki segala kemampuan. Dialah Allah Swt. yang akan senantiasa membantu saat kita mau menengadah tangan meminta bantuan dan yakin bahwa ia akan membantu kita. Pun demikian saat kita mencapai kemampuan yang kita inginkan. Sikap husnuzan mencegah kita dari sikap sombong karena sadar bahwa kemampuan kita hakikatnya karena Allah Swt dan milik Allah Swt.
3. Berani Mencoba Hal-Hal Baru
    Salah satu bentuk husnuzan kepada diri sendiri adalah berani mencoba hal-hal baru. Mencoba hal baru tidaklah mudah. Rasa percaya diri yang kuat sangat diperlukan saat kita hendak mencoba hal-hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Memberikan kesempatan kepada diri kita untuk mencoba hal baru berarti kita telah memiliki cukup keyakinan untuk mengizinkan potensi diri kita berkembang. Pada saat yang sama kita mengakui bahwa kemampuan kita sebenarnya masih dapat diperluas dan diperkuat lagi. Mencoba hal-hal baru dapat kita lakukan sebagai cara untuk memperluas kemampuan maupun memperdalam kemampuan. Memperluas kemampuan artinya menambah kemampuan baru yang belum kita miliki sebelumnya. Memperdalam kemampuan memberi kesempatan kepada diri kita mempertinggi keahlian yang telah kita miliki sebelumnya. Kedua hal ini menuntut pikiran terbuka untuk menemukan inovasi-inovasi baru. Oleh karena itu, kreativitas dan sikap inisiatif sangat diperlukan untuk memperlancar pencapaian hal-hal baru itu. Hal-hal baru yang ingin dicoba harus dipilih dengan selektif. Artinya, tidak sembarang hal baru kita coba. Hal-hal yang potensial membawa kerusakan kepada diri kita maupun lingkungan tidaklah layak untuk dicoba meskipun sangat menggoda. Dengan demikian, kita tidak salah dalam mengembangkan diri.
    Sebagai kesimpulan, husnuzan kepada diri sendiri merupakan hal yang perlu dikembangkan dalam jiwa dan pikiran kita. Saat sikap husnuzan ini tidak ada, sikap rendah diri, tidak kukuh, dan lemah akan segera menyerang jiwa kita. Hal seperti itu tidak baik. Saat jiwa kita lemah ada baiknya kita mengingat kembali pesan Allah Swt. dalam Surah Yusuf [12] ayat 87 dan Surah ar-Ra’d [13] ayat 11 berikut ini.
Berani Mencoba Hal-Hal Baru
Artinya: . . . . dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah Swt. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah Swt. hanyalah orang-orang yang kafir. (Surah Yu-suf [12] ayat 87)
Husnuzan Pada Diri Sendiri
Artinya: Sesungguhnya Allah Swt. tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (Surah ar-Ra’d [13] ayat 11)
    Berprestasi merupakan kesempatan bagi setiap orang. Disebut kesempatan karena memang setiap orang memiliki kemungkinan dan potensi untuk berprestasi dan sukses. Masalahnya adalah tidak setiap orang mengenal dirinya dengan baik. Tidak semua orang mengenal potensi besar yang terpendam dalam dirinya. Mereka merasa telah berbuat yang terbaik yang dapat mereka lakukan padahal sebenarnya mereka bisa melakukan hal-hal yang jauh lebih baik lagi. Hal ini diperparah lagi dengan rasa tidak percaya diri yang menghinggapi hanya karena suatu sebab yang bisa diabaikan.

Husnuzan kepada Sesama Manusia 
    Husnuzan kepada sesama merupakan tindakan terpuji. Sikap ini membawa kita pada pikiran positif kepada sesama. Dengan adanya pikiran positif itu, kita dapat memandang orang lain dengan ramah tanpa syak wasangka yang tidak perlu. Sikap saling mencurigai akan hilang dengan sendirinya. Apabila hubungan antarsesama dilandasi dengan baik sangka tanpa kecurigaan yang tidak perlu maka kehidupan akan berjalan dengan indah. Persahabatan akan teruntai dengan sikap kasih sayang dan ukhuwah islamiah yang kuat. Husnuzan kepada sesama harus kita kedepankan. Meskipun demikian, sikap husnuzan juga tidak boleh menghilangkan sikap hati-hati terhadap sikap dan tindakan orangorang yang tidak bertanggung jawab.
Husnuzan Pada Diri Sendiri dan Sesama Manusia
    Berhusnuzan kepada orang lain tidak berarti mengikuti apa pun keinginan dan kata-kata yang mereka sampaikan. Oleh karena itu, saat kita mendapatkan informasi tentang suatu hal, sangat perlu bagi kita untuk melakukan tabayyun atau konfirmasi atas informasi yang kita dapatkan tersebut. Tabayyun saat mendapatkan informasi merupakan tindakan bijaksana agar kita tidak tertipu dan berbuat kesalahan dengan ketidaktahuan kita. Dengan melakukan konfirmasi terlebih dahulu sebelum bertindak, kita dapat mengetahui kebenaran informasi yang kita peroleh. Selanjutnya, kita dapat menentukan tindakan yang tepat dengan informasi yang benar tersebut. Hal ini telah diperingatkan Allah Swt. dalam salah satu ayat-Nya yaitu Surah al-H.ujura - t [49] ayat 6 yang artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jika seseorang yang fasik datang kepadamu dengan membawa suatu berita maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan atau kecerobohan yang akan kamu sesali perbuatanmu itu.
    Kebalikan husnuzan adalah suuzan kepada sesama. Sikap berprasangka buruk ini akan menghancurkan diri pelakunya. Apabila sikap suuzan ini berkembang dalam hubungan antarsesama maka akibatnya akan lebih parah. Terlebih bila ditimpali dengan rasa dengki dan sombong diri. Kedua sikap itu akan menyuburkan suuzan karena tidak lagi memandang sesuatu secara objektif. Sebaik apa pun seseorang atau sesuatu jika dilihat dengan kacamata rasa dengki dan sombong yang tidak ingin merasa kalah maka akan terlihat jelek dan penuh cacat. Jangankan ada salah, tidak ada salah pun dapat dicaricari kesalahan kemudian disebarluaskan. Saat keadaan ini terjadi hubungan antarsesama pasti akan rusak. Suuzan juga menyebabkan kerusakan dalam hubungan yang lebih luas, yaitu hubungan dalam masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari kita dengan mudah menemukan puluhan bahkan ratusan kasus kerusuhan yang terjadi karena adanya informasi yang tidak bertanggung jawab. Provokasi beredar dalam masyarakat menyebabkan masyarakat resah. Sedikit saja pemantik memetikkan api kemarahan, kerusuhan massal tidak terhindarkan. Untuk menghindari hal-hal buruk akibat sikap suuzan inilah sikap husnuzan perlu dibudayakan dalam diri kita dan selanjutnya pada orang-orang di sekitar kita.
    Itulah tadi bahasan mengenai Husnuzan pada diri sendiri dan sesama manusia, baca juga husnuzan kepada Allah, semoga bermanfaat :)

0 Response to "Husnuzan Pada Diri Sendiri dan Sesama Manusia"

Posting Komentar