Definisi Makna dan Penjelasan Roja’
Imam Al-Ghazali menyebutkan ada dua jenis harap yang dapat terjadi di lingkungan masyarakat kita. Pertama, harapan yang memiliki kejelasan mengenai sebab dan kemungkian benar akibatnya, maka bentuk harapan tersebut disebut sebagai harapan yang benar. Kedua, yaitu harapan yang tidak memiliki sebab, maka bentuk harap itu adalah tipuan dan kebodohan belaka. Ketiga, jika harapan itu tidak jelas sebab-sebabnya dan tidak diketahui pula ada atau tidak akibat, maka harapan tersebut lebih berbentuk ‘angan-angan’.
Pentingnya sikap optimis dan penuh harapan ini, sejalan dengan firman Allah Swt dalam Qs. Az-Zumar ayat 53, yang berbunyi :
Pentingnya sikap optimis dan penuh harapan ini, sejalan dengan firman Allah Swt dalam Qs. Az-Zumar ayat 53, yang berbunyi :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Terjemah
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Az-Zumar: 53)
Selain itu, dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda, yang artinya “Keduanya (takut dosa dan rahmat Allah) itu tidaklah berkumpul pada hati hamba pada tempat ini, melainkan ia diberikan oleh Allah apa yang diharapkanya dan ia diamankan oleh Allah dari apa yang ditakutinya (HR. At Tirmizi, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Anas).
Firman Allah Swt yang sesuai dengan masalah pentingnya menumbuhkembangkan harapan dalam hidup, tertuang dalam Surat As-Sajdah, rasa takut didahulukan dibandingkan dengan harap.
تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
Terjemah
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan”. (Qs. As-Sajdah : 16)
Sedangkan pada surat Anbiya, rasa harap diposisikan lebih dahulu dibandingkan dengan takut.
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
Terjemah
“Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk ke-pada Kami.” (Qs. Al-Anbiya : 90).
Pentingnya Roja’
Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa harap dan takut merupakan dua sayap, yang dengan dua sayap itu orang muqorrobin terbang ke setiap pangkat yang terpuji. Kedua hal tersebut merupakan sebuah pisau yang dengan dua pisau tersebut orang dapat berjalan ke akherat, memotong setiap tebing yang sukar di daki”. Seorang sufi benama Kalabazi berkata “takut itu adalah laki-laki, dan pengharapan itu adalah perempuan. Artinya, dari keduanya itulah lahir keimanan”.
Untuk menjelaskan masalah ini, penulis ingin kutipkan beberapa bait Jalaluddin Rumi (2001:60) yang berkaitan dengan rasa harap ini. Ketika engkau ingin pergi ke suatu tempat, hatimu akan berangkat lebih dulu untuk melihat tempat tujuanmu. Memeriksa seperti apa sesungguhnya wujud tempat itu. Dan kemudian ia kembali untuk membawa tubuh ke sana. Pendapat Jalaludin Rumi cocok dengan teori motivasi atau manajemen hidup. Bagi masyarakat modern sekarang, orang yang memiliki harapan besar, baik itu ditunjukkan dengan gairah hidup, motivasi tinggi, cita-cita yang agung atau berfikir positif, maka harapan yang dalam jiwanya tersebut akan mendorong dirinya untuk terus bekerja keras, berfikir cerdas dan bersemangat dalam mengisi hidup dan kehidupannya. Hal ini diungkapkan Jalaluddin Rumi (2001:129) dalam puisi berikut ini :
Manusia terbawa oleh segala sesuatu yang ia angankan.
Sebagaimana angan-angan tentang sebuah kebun, akan membawanya menuju kebun, dan angannya tentang sebuah kedai membawanya menuju kedai, Tapi fatamorgana tersembunyi di dalam angan-angan itu.
Tidakkah kau mengalami bahwa saat kau pergi ke suatu tempat tertentu dan kemudian menjadi menyesal? Kau bayangkan tempat itu indah, tapi tenda-tenda yang di dalamnya tersembunyi seseorang.
Ketika angan-angan itu akhirnya pergi dan muncullah kenyataan tanpa tenda imajinasi, maka itulah kebangkitan.
0 Response to "Definisi Makna dan Penjelasan Roja’ (Pentingnya Roja’)"
Posting Komentar