Puisi agama merupakan puisi yang dibuat dengan menggunakan nuansa keagamaan sebagai pokok bahasan atau menggunakan agama sebagai ide dasar, latar belakang, dan atau isi dalam pembuatan puisi. Berikut ini merupakan contoh-contoh puisi yang bertema keagamaan.
Hadir-Mu, Tuhan, menenangkan jiwa, menyejukkan rasa
Bagai embun di pagi hari, sepoi angin di terik sinar mentari, derai hujan di kala
kemarau panjang.
Tak terganti. Tak ternilai.
Maka, ku gapai hadir-Mu. Dengan sepenuh rindu. Dan cinta
Tuk menghantarku ke peraduan dalam damai. Sampai esok pagi.
Atau, bila esok tak terjelang
Selamat malam, Tuhan.
Kepada Pemeluk Teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
CayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Diciptakan, dibentuk, ditetapkan segambar dengan-Nya
Hidup adalah kesempatan
Mencintai dan dicintai
Mengampuni dan diampuni
Berkarya dalam pertobatan
Kehidupan adalah lorong waktu
Kehidupan adalah sebuah perjalanan
Yang membawa kita kepada hati-Nya
Dan …
Kenyataan untuk dapat menyaksikan
Keajaiban …
dari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari kita
Ada sesuatu yang mulanya
tak begitu jelas
tapi kini kita mulai merasakannya
Kita saksikan udara
abu-abu warnanya
Kita saksikan air danau
yang semakin surut jadinya
Burung-burung kecil
tak lagi berkicau pagi hari
Hutan kehilangan ranting
Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan
Kita saksikan zat asam
didesak asam arang
dan karbon dioksid itu
menggilas paru-paru
Kita saksikan
Gunung membawa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa air
Air membawa banjir
Banjir
air
mata
Kita telah saksikan seribu tanda-tanda
Bisakan kita membaca tanda-tanda?
Allah
Kami telah membaca gempa
Kami telah disapu banjir
Kami telah dihalau api dan hama
Kami telah dihujani abu dan batu
Allah
Ampuni dosa-dosa kami
Beri kami kearifan membaca tanda-tanda
Karena ada sesuatu yang rasanya
mulai lepas dari tangan
akan meluncur lewat sela-sela jari
Karena ada sesuatu yang mulanya
tak begitu jelas
tapi kini kami
mulai
merindukannya
Lihatlah kau seumur hidup tak pernah merasa kaya
Antara hidup dan mati tentu kau memilih mati
Lihatlah kau seumur hidup mati-matian
mempertahankan kematian
Antara perang dan damai tentu kau memilih damai
Lihatlah kau habiskan umurmu menyembunyikan
kebiadaban dalam peradaban
Antara nafsu dan nurani tentu kau memilih nurani
Lihatlah kau sampai menyimpannya rapi jauh dari
kegalauan dunia ini
Antara dunia dan akhirat tentu kau memilih akhirat
Lihatlah kau sampai menamakan amal-duniamu
sebagai amal akhirat
Antara ini dan itu
Benarkah kau memilih itu?
Dikutip dari “Tuhan Menggambar Kita” karya Darmanto Jatman, dkk. Halaman 84.
Kalau Kau jadikan dia
Sebagai hidupku
Berikan dia kehidupan-Mu
Tuhan…
Kalau Kau jadikan dia
Sebagai kekuatanku
Berikan dia kekuatan-Mu
Tuhan…
Kalau Kau jadikan dia cintaku
Berikan dia kasih sayang-Mu
Tuhan…
Kalau Kau jadikan dia harapanku
Berikan dia kesetiaan-Mu
Tuhan…
Kalau Kau jadikan dia penolongku
Berikan dia kekuatan-Mu
Agar aku damai
Bersama kusuma ayu
Tembang suci bernyanyi
Dalam dekapan-Mu bersama anak-anakku
(Sumber: Antologi Puisi 21 Penyair Solo, hlm. 68)
Begitu beratnya
Haus mencekik leherku
Lapar melilit perutku
Tapi, kau tetap bertahan
Karena itu adalah pertanda iman
Aha… beduk magrib kurang satu jam lagi
Perutku sudah minta diisi
Hampir saja aku batalkan
Aku coba tetap bertahan
Akhirnya azan magrib berkumandang
Aku pun berbuka dengan riang
Sumber : Kompas Anak, 16 September 2007
Kuingin melihat perdamaian
Di bumi Nusantara
Tanpa harus ada pertumpahan darah
Di antara kita
Jangan pernah ada lagi pertikaian
Pertengkaran dan perselisihan
Bersihkan bumi pertiwi dari kekejaman
Jangan biarkan bumiku basah oleh darah
Hapus semua dosa di negeriku
Pergi! Enyahlah!
Segala kemunafikan dan kesombongan
Oh Tuhan … maafkanlah dosa kami
Ampuni kami semua
Jadikanlah negeri kami
Sebagai negeri yang mencintai perdamaian
(Sumber: Bobo, Tahun XXXIV, 5 Oktober 2007, hlm. 17)
Kalau kautukar dengan
Jerit dan darah orang-orang
Tak bernama
Selusin batok kepala
Menganga, bertanya,
“Kenapa?”
Biji-biji mata terbelalak
Murka
Bibir-bibir sobek
Telinga-telinga cuil
Dan tubuh-tubuh roboh
Dalam bentuk remuk
Kalau seperti itu
Surga terlalu mahal.
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari luka
Sambil berjalan kau usap juga.
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah.
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku.
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Tempatku mengadu
Tempat kuberlayar
Menebar pukat dan melempar sauh
Lokan-lokan, mutiara dan kembang laut
Bergumam syahdu
Aku termangu
Mengingat kebesaran-Mu
Ini anugerah-Mu
Melalui banjir bandang yang menerjang
manusia tunggang langgang
hamparan sawah terbenam
Tuhan telah menegur
melalui longsoran tanah yang menghancurkan
manusia terkuburkan
alam berserakan
Adakah kau dengar?
yang ke Cina harus bersepeda
yang ke Amerika harus berkuda
Aku anak sekolah
matematika aku tak bisa
sejarah tak pernah baca
kimia banyak senyawa
fisika banyak rumusnya
Aku anak saleh
shalat aku terlambat
kadang aku tak berangkat
aku takut tidak selamat
di dunia dan akherat
Kata pak ustad
aku harus segera bertobat
Sumber: Kaki Langit Sastra Pelajar
Gelak dan senyum
Tepuk dan tari
Semuanya lenyap, silam sekali
Gelak bertukarkan duka
Suka bersalinkan ratap
Kasih beralih cinta
Cinta membawa wasangka ....
Junjunganku, apatah kekal
Apatah tetap
Apatah tak bersalin rupa
Apakah baka sepanjang masa ....
Bunga layu disinari matahari
Makhluk berangkat menepati janji
Hijau langit bertukar mendung
Gelombang reda di tepi pantai
Setangkai gagah beralih warna
Semerbak cempaka sekali hitung
Apatah lagi laguan kasih
Hilang semata tiada ketara ....
Tuhanku apatah kekal?
(Dalam Amir Hamzah Sebagai Manusia dan Penyair, 1996)
tak pernah melipat bentangnya
seperti laut yang
tak pernah menidurkan ombaknya
ia berjalan sepanjang musim
mewartakan pada anak manusia
damai akan menjadi kembang
tumbuh gagah di padang-padang
subur mekar di segala taman
taman mesjid taman gereja
taman pura taman vihara
terutama taman hatimu
jika penyair tetap percaya pada kata
jika biduan tetap percaya pada nada
jika insan tetap percaya pada Khaliknya
Puisi agama berjudul "Ku Gapai Hadir-Mu" oleh Ayub Yahya
Selamat Malam, TuhanHadir-Mu, Tuhan, menenangkan jiwa, menyejukkan rasa
Bagai embun di pagi hari, sepoi angin di terik sinar mentari, derai hujan di kala
kemarau panjang.
Tak terganti. Tak ternilai.
Maka, ku gapai hadir-Mu. Dengan sepenuh rindu. Dan cinta
Tuk menghantarku ke peraduan dalam damai. Sampai esok pagi.
Atau, bila esok tak terjelang
Selamat malam, Tuhan.
Puisi Agama Berjudul "Doa"
DOAKepada Pemeluk Teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
CayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Puisi bertema agama dengan judul "Keajaiban" oleh Wawan
Hidup adalah mahakaryaDiciptakan, dibentuk, ditetapkan segambar dengan-Nya
Hidup adalah kesempatan
Mencintai dan dicintai
Mengampuni dan diampuni
Berkarya dalam pertobatan
Kehidupan adalah lorong waktu
Kehidupan adalah sebuah perjalanan
Yang membawa kita kepada hati-Nya
Dan …
Kenyataan untuk dapat menyaksikan
Keajaiban …
Contoh Puisi Agama berjudul "Membaca Tanda-Tanda" karya Taufik Ismail
Ada yang rasanya mulai lepasdari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari kita
Ada sesuatu yang mulanya
tak begitu jelas
tapi kini kita mulai merasakannya
Kita saksikan udara
abu-abu warnanya
Kita saksikan air danau
yang semakin surut jadinya
Burung-burung kecil
tak lagi berkicau pagi hari
Hutan kehilangan ranting
Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan
Kita saksikan zat asam
didesak asam arang
dan karbon dioksid itu
menggilas paru-paru
Kita saksikan
Gunung membawa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa air
Air membawa banjir
Banjir
air
mata
Kita telah saksikan seribu tanda-tanda
Bisakan kita membaca tanda-tanda?
Allah
Kami telah membaca gempa
Kami telah disapu banjir
Kami telah dihalau api dan hama
Kami telah dihujani abu dan batu
Allah
Ampuni dosa-dosa kami
Beri kami kearifan membaca tanda-tanda
Karena ada sesuatu yang rasanya
mulai lepas dari tangan
akan meluncur lewat sela-sela jari
Karena ada sesuatu yang mulanya
tak begitu jelas
tapi kini kami
mulai
merindukannya
Puisi tentang Agama berjudul "Pilihan" karya Mustofa Bisri
Antara kaya dan miskin tentu kau memilih miskinLihatlah kau seumur hidup tak pernah merasa kaya
Antara hidup dan mati tentu kau memilih mati
Lihatlah kau seumur hidup mati-matian
mempertahankan kematian
Antara perang dan damai tentu kau memilih damai
Lihatlah kau habiskan umurmu menyembunyikan
kebiadaban dalam peradaban
Antara nafsu dan nurani tentu kau memilih nurani
Lihatlah kau sampai menyimpannya rapi jauh dari
kegalauan dunia ini
Antara dunia dan akhirat tentu kau memilih akhirat
Lihatlah kau sampai menamakan amal-duniamu
sebagai amal akhirat
Antara ini dan itu
Benarkah kau memilih itu?
Dikutip dari “Tuhan Menggambar Kita” karya Darmanto Jatman, dkk. Halaman 84.
Puisi Agama berjudul "Yuma" Karya: M. Rohmadi
Tuhan…Kalau Kau jadikan dia
Sebagai hidupku
Berikan dia kehidupan-Mu
Tuhan…
Kalau Kau jadikan dia
Sebagai kekuatanku
Berikan dia kekuatan-Mu
Tuhan…
Kalau Kau jadikan dia cintaku
Berikan dia kasih sayang-Mu
Tuhan…
Kalau Kau jadikan dia harapanku
Berikan dia kesetiaan-Mu
Tuhan…
Kalau Kau jadikan dia penolongku
Berikan dia kekuatan-Mu
Agar aku damai
Bersama kusuma ayu
Tembang suci bernyanyi
Dalam dekapan-Mu bersama anak-anakku
(Sumber: Antologi Puisi 21 Penyair Solo, hlm. 68)
Puisi tentang agama berjudul "Puasa Pertama" Karya : Laela
Puasa pertamaBegitu beratnya
Haus mencekik leherku
Lapar melilit perutku
Tapi, kau tetap bertahan
Karena itu adalah pertanda iman
Aha… beduk magrib kurang satu jam lagi
Perutku sudah minta diisi
Hampir saja aku batalkan
Aku coba tetap bertahan
Akhirnya azan magrib berkumandang
Aku pun berbuka dengan riang
Sumber : Kompas Anak, 16 September 2007
Puisi tentang agama berjudul "Keinginanku" Karya : Lia Andani P
Satu yang kuinginkanKuingin melihat perdamaian
Di bumi Nusantara
Tanpa harus ada pertumpahan darah
Di antara kita
Jangan pernah ada lagi pertikaian
Pertengkaran dan perselisihan
Bersihkan bumi pertiwi dari kekejaman
Jangan biarkan bumiku basah oleh darah
Hapus semua dosa di negeriku
Pergi! Enyahlah!
Segala kemunafikan dan kesombongan
Oh Tuhan … maafkanlah dosa kami
Ampuni kami semua
Jadikanlah negeri kami
Sebagai negeri yang mencintai perdamaian
(Sumber: Bobo, Tahun XXXIV, 5 Oktober 2007, hlm. 17)
Puisi Agama berjudul "Surga Itu Terlalu Mahal" karya Haris Firdaus
Surga itu terlalu mahalKalau kautukar dengan
Jerit dan darah orang-orang
Tak bernama
Selusin batok kepala
Menganga, bertanya,
“Kenapa?”
Biji-biji mata terbelalak
Murka
Bibir-bibir sobek
Telinga-telinga cuil
Dan tubuh-tubuh roboh
Dalam bentuk remuk
Kalau seperti itu
Surga terlalu mahal.
Puisi bertema keagamaan berjudul "Kepada Peminta-minta" Oleh: Chairil Anwar
Baik, baik aku akan menghadap DiaMenyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari luka
Sambil berjalan kau usap juga.
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah.
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku.
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Puisi bertema agama berjudul "Anugerah Laut" karya: Tiharsya
Laut nan biruTempatku mengadu
Tempat kuberlayar
Menebar pukat dan melempar sauh
Lokan-lokan, mutiara dan kembang laut
Bergumam syahdu
Aku termangu
Mengingat kebesaran-Mu
Ini anugerah-Mu
Puisi agama berjudul "Teguran Tuhan"
Tuhan telah menegurMelalui banjir bandang yang menerjang
manusia tunggang langgang
hamparan sawah terbenam
Tuhan telah menegur
melalui longsoran tanah yang menghancurkan
manusia terkuburkan
alam berserakan
Adakah kau dengar?
Puisi tentang agama berjudul "Sesat" karya Muhzarodin
Aku anak Jawayang ke Cina harus bersepeda
yang ke Amerika harus berkuda
Aku anak sekolah
matematika aku tak bisa
sejarah tak pernah baca
kimia banyak senyawa
fisika banyak rumusnya
Aku anak saleh
shalat aku terlambat
kadang aku tak berangkat
aku takut tidak selamat
di dunia dan akherat
Kata pak ustad
aku harus segera bertobat
Sumber: Kaki Langit Sastra Pelajar
Puisi agama berjudul "Tuhanku Apatah Kekal?" Karya: Amir Hamzah
“Tuhanku, suka dan riaGelak dan senyum
Tepuk dan tari
Semuanya lenyap, silam sekali
Gelak bertukarkan duka
Suka bersalinkan ratap
Kasih beralih cinta
Cinta membawa wasangka ....
Junjunganku, apatah kekal
Apatah tetap
Apatah tak bersalin rupa
Apakah baka sepanjang masa ....
Bunga layu disinari matahari
Makhluk berangkat menepati janji
Hijau langit bertukar mendung
Gelombang reda di tepi pantai
Setangkai gagah beralih warna
Semerbak cempaka sekali hitung
Apatah lagi laguan kasih
Hilang semata tiada ketara ....
Tuhanku apatah kekal?
(Dalam Amir Hamzah Sebagai Manusia dan Penyair, 1996)
Puisi Keagamaan berjudul "Getaran Jiwa" Karya: Diah Hadaning
seperti buana yangtak pernah melipat bentangnya
seperti laut yang
tak pernah menidurkan ombaknya
ia berjalan sepanjang musim
mewartakan pada anak manusia
damai akan menjadi kembang
tumbuh gagah di padang-padang
subur mekar di segala taman
taman mesjid taman gereja
taman pura taman vihara
terutama taman hatimu
jika penyair tetap percaya pada kata
jika biduan tetap percaya pada nada
jika insan tetap percaya pada Khaliknya
0 Response to "15 Contoh Puisi bertema tentang Agama (Contoh Puisi Agama)"
Posting Komentar