Contoh Novel Tema Emansipasi Wanita berjudul Sundus karya Istiah Marzuki
Berikut disajikan contoh novel yang mengambil tema tentang emansipasi wanita berlatar belakang kehidupan di sebuah desa dekat pegunungan. Sang tokoh ingin mengenyam pendidikan tinggi dan berperan untuk memajukan kaumnya.Sundus
Embusan angin dari bukit Patiayam itu membuat suasana sore semakin sejuk. Sawah yang berbentuk terasering terhampar luas membentang. Gemericik air irigasi menjadikan Desa Kauman semakin tampak landai. Matahari menyepuh belahan langit dengan cahaya merah yang sangat menawan, menyelipkan senyum sebelum kembali ke peraduannya, dan seakan berjanji esok akan kembali bila Tuhan masih menghendaki.
Ketika adzan subuh berkumandang aktivitas kehidupan mulai berjalan, sebagian besar masyarakat Kauman mengayuh sepedanya menuju ke pabrik-pabrik. Mereka harus menempuh jarak yang lumayan jauh kira-kira delapan sampai sepuluh kilometer. Pabrik yang mereka tuju pun bermacam-macam, ada yang bekerja di pabrik rokok, tekstil, industri rumah tangga, dan sebagainya. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan.
Aktivitas yang mereka lakukan hampir dua puluh empat jam bekerja. Dimulai dari bangun tidur kemudian menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya, dilanjutkan dengan membersihkan rumah, setelah selesai dengan pekerjaan rumahnya, mereka lalu bekerja di pabrik sampai sore. Setelah tiba di rumah mereka disibukkan dengan urusan rumah tangga, memasak untuk makan malam, dan di waktu malam yang seharusnya digunakan untuk istirahat, terkadang mereka direpotkan dengan tangisan anaknya yang masih bayi. Praktis dua puluh empat jam tenaga mereka terforsir. Memang suami mereka juga bekerja, tetapi penghasilan yang diperoleh tidak seberapa, demi untuk mempertahankan hidup yang semakin sulit dan mahal terpaksa istri harus turun tangan untuk menjaga agar dapur tetap ngebul.
Pada setiap pabrik tempat mereka bekerja selalu tertulis pekerja perempuan berhak mengajukan cuti haid, cuti hamil, serta cuti melahirkan. Bagi mereka hak cuti itu hanya tempelan di papan kayu saja. Pernah suatu ketika Yu Tun karena memang kebiasaan haidnya pada hari pertama merasakan sakit yang teramat sangat di perutnya, ia mengajukan cuti haid, tetapi oleh madornya tidak diperbolehkan. Cuti hanya diberikan atau memang atas permintaan seorang pekerja perempuan yang akan melahirkan, itu pun setelah diperkirakan bahwa masa persalinannya kurang dua minggu lagi.
Sungguh ironis memang, pekerja perempuan hanya dijadikan sebagai kelompok bawah saja, walaupun mereka telah mengabdi pada perusahaan tadi belasan tahun, tetapi tidak ada penghargaan yang mereka terima.
Secara umum Desa Kauman tergolong sebagai desa yang berpenghasilan menengah, karena memang penduduknya merupakan pekerja giat, juga karena alamnya begitu subur dan menghasilkan. Arus kemajuan zaman sudah mulai tampak di Kauman dengan adanya listrik masuk desa. Ketika itu aku kelas dua Sekolah
Dasar, aku perhatikan di kampungku banyak warga yang mencuri arus listrik dengan cara menyambungkan kabel listrik yang ada di jalan supaya bisa masuk ke rumahnya, dan hal ini disebabkan karena mereka tidak mampu membayar pemasangan listrik yang mahal. Selagi tidak diketahui petugas PLN mereka aman, tetapi pernah suatu ketika Kang Muh tetangga depan rumahku didatangi oleh petugas PLN karena ketahuan mencuri listrik, akhirnya kabel listrik diputus dan Kang Mus disuruh membayar uang sebagai ongkos ganti penggunaan listrik.
Dari dahulu hingga sekarang yang sangat menonjol dari Desa Kauman adalah suasana keagamaannya. Kauman itu sendiri berarti tempat kaum yang beriman. Sebagai simbol Desa Kauman, tegaklah Masjid Agung yang megah di pusat desa.
Kegiatan keberagamaan sangat semarak, apalagi jika bulan puasa tiba. Ada sekitar sepuluh pondok pesantren di Kauman, ada pondok yang hanya mengaji dan mengkaji kitab kuning saja, ada pondok thariqat, dan tidak ketinggalan pula pondok yang mengajarkan ilmu-ilmu kanuragan yang semuanya bernuansa salaf atau kuno.
Masyarakat Kauman sangat berpegang teguh pada agama dan mereka sangat patuh dengan segala sesuatu yang difatwakan oleh kyai. Bagi mereka kyai adalah pewaris pada nabi dan nabi merupakan utusan Tuhan untuk memperbaiki perilaku manusia di bumi. Tuhan menciptakan segala sesuatu di dunia ini untuk dikelola dan dimanfaatkan serta dilestarikan oleh manusia. Kyai merupakan suatu gelar atau simbol yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang, karena dinilai dari segi ilmunya, sikap dan perbuatannya serta zuhud dan wara'-nya.
Secara rutin kyai tersebut mengajar setiap hari setelah mengimami shalat subuh, dan isya'. Selain itu, kyai juga banyak dikunjungi oleh masyarakat yang ingin memperoleh barakah, entah itu berkaitan dengan pekerjaan, kesehatan, dan juga jodoh. Seolah-olah kyai tersebut mampu mengatasi itu semua. Mungkin jiwa kyai yang selalu bersih, maka doanya selalu dikabulkan oleh Tuhan. Pada dasarnya kyai tinggal mengamini keinginan para tamu yang datang. Sebagai contoh, pernah seorang bertamu ke rumah kyai, ingin menanyakan kira-kira hari apa yang tepat untuk selamatan karena mau mengkhitankan anaknya. Maka terjadilah dialog antara tamu dan kyai.
”Pak kyai, yang pertama, saya ke sini niat silaturrahim kepada Pak Kyai sekeluarga, yang kedua, saya mau minta tolong kira-kira hari apa yang baik untuk mengkhitankan anak saya?"
”Terima kasih silaturrahimnya, kalau Bapak minta hari yang baik untuk mengkhitankan anaknya, insya Allah Jumat adalah hari yang baik,” jawab Kyai.
Dengan tercengang si tamu menyahut, ”Maaf Pak, tetapi kalau menunggu Jumat terlalu lama. Bagaimana kalau hari Senin saja Pak, soalnya pohon pisang di belakang rumah sudah saya potong untuk selamatan, takutnya kalau menunggu Jumat keburu busuk Pak.”
”Senin juga hari yang baik Pak,” Pak Kyai tersenyum.
Demi menyenangkan hati tamu tadi akhirnya Pak Kyai mengiyakan apa yang diinginkan tamu. Cerita ini kuperoleh dari Somad anak Kyai Rasyid yang jadi teman sekelasku.
Sumber: Sundus, karya Istiah Marzuki
Contoh Soal dari Novel Sundus
Bacalah dalam hati novel tersebut, lalu kerjakan soal-soal berikut!1. Apakah nama bukit dalam novel tersebut!
2. Apa mata pencaharian sebagian besar penduduk Kauman?
3. Aktivitas para perempuan di sana nyaris 24 jam. Apa saja yang mereka lakukan?
4. Siapakah tokoh dalam novel ini dan bagaimana watak-wataknya?
5. Amanat apa yang bisa kamu petik setelah membaca novel tersebut?
0 Response to "Contoh Novel bertema Emansipasi Wanita dan Soalnya (Novel Sundus karya Istiah Marzuki)"
Posting Komentar