Cara Menganalisis Bentuk dan Isi Puisi

1. Cara Menganalisis Bentuk Puisi
      Untuk menganalisis bentuknya, lebih dahulu kita amati puisi berikut.
Dengarkan tuan suatu riwayat,
raja di desa negeri kembayat,
dikarangkan fakir jadi hikayat,
disajakkan dengan syair ibarat.
C. Hoykaas, Penjedar Sastra
      Puisi di atas terjadi dari bunyi, kata, frase, dan kalimat. Masing-masing ditata berlarik-larik dalam tipografi yang khas. Setiap larik terjadi atas 8 – 12 suku kata. Masing-masing disusun teratur, terus-menerus, susul-menyusul tanpa putus-putus. Bentuk keteraturan serupa itu disebut irama. Kata-katanya pun dipilih yang memiliki kesamaan bunyi (rima), terutama kesamaan bunyi akhir larik. Bunyi akhir larik pertama, kedua, ketiga, dan keempat sama.
  • Berdasarkan jumlahnya larik, puisi yang 2 larik per bait disebut distikon, 3 larik terzina, 4 larik kuatren, 5 larik kuin, 6 larik sektet, 7 larik septima, dan 8 larik stansa, dan 14 larik per judul soneta.
  • Ditinjau dari rima akhir larik pada setiap baitnya, ada puisi yang memiliki rima akhir dengan pola aaaa, abab, aabb, abba, abcabc, dan ada yang tidak berpola.
  • Ditinjau dari panjang pendeknya larik, panjang pendeknya bait, keteraturan irama, keteraturan rima, dan tipografinya, ada puisi yang mematuhi “aturan” dan ada yang tidak. Puisi yang mematuhi “aturan” disebut puisi terikat; yang tidak mematuhi aturan disebut puisi bebas.
  • Lebih dari itu, puisi dapat dianalisis dari keberadaannya. Kalau pada zaman dahulu kala bentuk puisi yang dianalisis sudah ada, kita tetapkan bahwa bentuk itu termasuk puisi lama. Mantra, pantun, syair, karmina (pantun kilat), talibun, dan gurindam contohnya.
    Akan tetapi, bentuk puisi yang dikenal sesudah kita berkenalan dengan budaya dan sastra barat disebut puisi baru.


2. Cara Menganalisis Isi Puisi
      Cara menganalisis isi puisi umumnya dapat difokuskan pada unsur bahasa (bunyi, kata, frase, kalimat), situasi, dan kondisi sosial budaya yang melatarbelakangi kelahirannya. Seperti kita ketahui setiap kata umumnya memiliki makna dasar (denotasi) tertentu. Kata hujan, misalnya, memiliki makna dasar titik-titik air yang berjatuhan dari udara lewat proses pendinginan. Akan tetapi, bagi penduduk yang kekurangan air, hujan berarti rahmat. Bagi daerah yang sering dilanda banjir, hujan berarti bencana. Rahmat dan bencana adalah konotasi (makna tambahan) kata hujan.
      Makna kata kadang-kadang diganti atau digeser ke makna lain hingga terjadi berbagai majas. Bahkan pada 1970-an beberapa penyair menggunakan kata-kata yang tidak lumrah, tidak ada dalam kamus, seperti kata-kata yang digunakan dalam kebanyakan puisi Sutardji Calzoum Bahri.
Kecuali dengan kata, puisi juga dibangun dengan bunyi, rima, dan irama. Ketiganya tidak mempunyai arti, tetapi dapat menimbulkan rasa, bayangan, serta membangkitkan suasana tertentu. Kata yang dirangkai dengan rima dan irama estetis dapat menggugah perasaan, pikiran, dan imajinasi. Dominasi vokal /u/, misalnya, memberikan nuansa makna berat, gelap, keruh, sendu, sedih, dan lain-lain. Sebaliknya, dominasi vokal /a/ memberikan nuansa riang, ceria, gembira, dan lain-lain.
    Tidak ada penyair yang tinggal dalam kesendirian. Mereka selalu berada dalam suatu komunitas. Oleh karena itu, apa yang diungkapkan tentu berkaitan dengan lingkungan sosial budayanya, baik langsung maupun tidak. Masih ingat puisi Karangan Bunga? Puisi tersebut mengungkapkan kesan penyair ketika pada tahun 1965 melihat anak-anak SD dan SMP datang ke Salemba, markas pejuang Angkatan 66, mengantarkan karangan bunga sebagai tanda berduka atas meninggalnya seorang mahasiswa dalam suatu aksi demonstrasi menuntut kebenaran dan keadilan?
  • Isi puisi tak terbatas. Walaupun demikian, beberapa puisi mengungkapkan isi secara spesifik, seperti balada (kisah), elegi (ratapan), epigram (ajaran hidup), himne (pujian kepada Tuhan), ode (sanjungan kepada pahlawan), dan satire (kritik atas ketimpangan sosial).
    Itulah bahasan mengenai cara menanalisis bentuk dari puisi dan juga isi dari puisi yang dapat kita simpulkan dengan menganalisis ciri-ciri dari bentuk puisi yang ada, semoga bermanfaat :)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cara Menganalisis Bentuk dan Isi Puisi"

Posting Komentar