Berikut adalah surah al-Baqarah ayat 164 dan juga terjemahannya:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَّاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ(164)
Artinya: Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti. (Q.S. al-Baqarah [2]: 164)
Tajwid Surah al-Baqarah Ayat 164
Beberapa bacaan ilmu tajwid yang terdapat dalam Surah al-Baqarah ayat 164 sebagai berikut.
1. Hukum Bacaan Nun Mati atau Tanwin
Dalam Surah al-Baqarah ayat 164 terdapat beberapa hukum bacaan nun mati atau tanwin. Hukum bacaan pertama adalah bacaan idgam bilagunnah. Hukum bacaan ini kita gunakan saat membaca kata seperti لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ. Bacaan idgam bilagunnah dibaca dengan metode memasukkan bunyi nun sukun atau tanwin huruf berikutnya tanpa berdengung. Bacaan selanjutnya adalah idgam bigunnah dengan cara memasukkan bunyi huruf nun sukun atau tanwin ke dalam huruf yang mengikutinya dengan mendengung. Contoh bacaan ini dalam Surah al-Baqarah ayat 164 adalah kata َابَّةٍ وَتَصْرِيفِ .
2. Hukum Bacaan Mad
Hukum bacaan mad yang terdapat dalam ayat ini adalah mad tabi’i dan mad layyin. Bacaan mad tabi’i dapat dengan mudah kita temukan dalam ayat ini karena tersebar di banyak tempat. Dua di antaranya adalah وَاخْتِلَافِ dan لَآيَاتٍ. Adapun hukum bacaan mad layyin merujuk pada keadaan saat harakat fathah diikuti oleh ya sukun atau wau sukun. Pada ayat ini kita dapat menerapkan bacaan mad layyin saat membaca kata اللَّيْلِ.
3. Bacaan Alif Lam Makrifat
Dalam Surah al-Baqarah ayat 164 terdapat kedua macam bacaan alif lam makrifat, yaitu alif lam qamariyah dan alif lam syamsiyah. Contoh bacaan ini adalah وَالْفُلْكِ untuk alif lam qamariyah dan وَالسَّحَابِ untuk alif lam syamsiyah. (As‘ad Humam. 1995. Halaman 10, 40, dan 60)
Kandungan Surah Al-Baqarah Ayat 164
Surah ini memuat sebuah pernyataan tentang tanda kebesaran Allah Swt. Paling tidak terdapat empat tanda penting yang disebutkan Allah Swt. dalam ayat ini, yaitu penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, turunnya air yang menghidupkan bumi, dan perkisaran angin di antara langit dan bumi. Semua tanda ini merupakan pelajaran dan tantangan bagi orang yang mengerti. Orang yang mengerti dalam hal ini tentu bukan sekadar orang yang memiliki kecakapan ilmu pengetahuan. Orang itu juga dapat menemukan kebenaran Allah Swt. dan meningkatkan keimanannya dengan pengetahuan yang diperoleh.
Untuk mengetahui tanda kekuasaan Allah Swt. dalam ayat ini marilah kita telusuri bersama. Dalam bagian ini, Surah al-Baqarah ayat 164 senada dengan Surah Yunus ayat 101. Namun, keduanya berbeda sudut pandang dalam melihat langit dan bumi. Surah Yunus ayat 101 lebih menyoroti benda yang ada di langit dan di bumi, sedangkan Surah al-Baqarah ayat 164 lebih melihat pada proses penciptaan langit dan bumi ini.
Bagaimanakah langit dan bumi diciptakan? Penciptaan langit dan bumi dalam hal ini identik dengan penciptaan alam semesta. Dalam Surah al-Anbiya’ ayat 30, Allah bertanya, ”Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” Pernyataan ini disampaikan Allah Swt. empat belas abad yang lalu. Pada saat itu tidak ada satu pun pengetahuan manusia yang dapat memahami makna yang terkandung dalam ayat ini. Bahkan oleh seorang Muhammad saw. sekalipun.
Ilmu pengetahuan terkini menyebutkan adanya suatu teori yang diterima oleh hampir semua ilmuwan dunia, yaitu teori Big Bang atau Dentuman Besar. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini pada awalnya adalah suatu materi yang sangat kecil dan dikenal sebagai sop kosmos. Oleh karena kecilnya, lebih kecil dari ukuran atom maka dapat dianggap sebagai tidak ada. Dari materi kecil yang diciptakan Allah itulah, alam semesta ini terbentuk. Allah Swt. memisahkan materi itu hingga terbentuk ruang dan waktu. Peristiwa ini menurut ukuran ilmu astronomi terjadi sekitar dua belas miliar tahun yang lalu. Materi itu terpisah dan membentuk bintang-bintang, galaksi, tata surya, dan planet-planet. Planet bumi kita diperkirakan mulai terbentuk dari bagian bintang matahari yang terlepas dari induknya. Pada mulanya, bumi berupa bola panas yang berputar. Semakin lama bola itu semakin mendingin hingga terbentuk daratan dan lautan. Setelah berproses sejak lima miliar tahun yang lalu, planet bumi ini mulai dapat dihuni oleh makhluk hidup.
Proses penciptaan langit dan bumi merupakan sesuatu yang sangat rumit dan agung. Satu pertanyaan yang senantiasa menggelitik para ilmuwan adalah apakah penciptaan alam semesta ini terjadi dengan
sendirinya? Apakah keteraturan yang sedemikian hebat terbentuk tanpa ada perancangnya? Adakah kekuatan yang mahadahsyat dan mahapandai yang menyebabkan semua ini dapat terjadi? Inilah perenungan yang Allah Swt. ajak kita mencari jawabnya. Perhatikanlah apa yang ada di bumi. Seperempat dari bumi berupa daratan dan tiga perempatnya dalah lautan. Di daratan yang hanya seperempat bumi tersebut tersimpan kekayaan alam yang melimpah dan baru sedikit yang diketahui oleh manusia. Bumi terdiri atas beberapa lapisan dan setiap lapis memiliki karakter dan keunikan tersendiri.
Manusia diperintahkan untuk mempergunakan akal guna menemukan pengetahuan-pengetahun baru yang berkaitan dengan bumi. Semua itu sungguh mengagumkan. Di dalam lautan yang merupakan bagian terbesar bumi terdapat rahasia yang baru sedikit tersingkap. Manusia diperintahkan untuk menggunakan akalnya guna menyingkap rahasia yang ada di balik lautan. Setiap tersingkap satu rahasia baru, ternyata masih ada berlapis-lapis bagian yang belum terungkap. Tanda kekuasaan Allah yang kedua adalah pergantian siang dan malam. Menurut ilmu astronomi, pergantian siang dan malam terjadi karena peredaran bumi pada porosnya dan juga peredaran bumi mengelilingi matahari. Saat Allah Swt. menyatakan hal ini dalam salah satu ayat-Nya tentulah menunjukkan bahwa hal ini memiliki keistimewaan. Salah satu keistimewaan itu bahwa pergantian siang dan malam merupakan satu tanda kekuasaan Allah untuk menjaga kehidupan tetap berjalan di muka bumi ini. Bagaimanakah hal ini terjadi? Inilah yang kita diajak oleh Allah Swt. untuk memperhatikannya.
Tanda ketiga adalah perjalanan laut yang memungkinkan terjadi dengan kapal. Sebagaimana disebutkan bahwa tiga perempat dari bumi adalah air atau laut. Manusia yang pada jamaknya berada di daratan dapat mengarungi lautan. Hal ini tentu berada di luar kebiasaan manusia dan hanya dapat terjadi jika Allah mengizinkannya. Sejak zaman Nabi Nuh a.s. kapal telah dipergunakan sebagai sarana pengangkutan. Manusia dapat mempergunakan kapal yang berlayar untuk membawa barang-barang yang bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, dengan kapal yang berlayar manusia dapat mengenal sesamanya yang berada di pulau lain. Dengan ilmu pelayaran yang dikaruniakan Allah Swt., manusia dapat memahami sebagian kecil dari rahasia alam. Semua ini terjadi dan sudah diatur oleh Allah Swt.
Tanda keempat dan kelima yang dapat kita temukan dalam Surah al-Baqarah ayat 164 ini adalah turunnya hujan yang menghidupkan bumi dan kisaran angin di antara langit dan bumi. Tanda ini sudah sering kita temukan bagi kita yang berdiam di wilayah khatulistiwa yang memiliki curah hujan relatif tinggi. Dengan keadaan ini, asal kita mau memperhatikan, tanda kekuasaan Allah Swt. yang satu ini dengan mudah kita pahami. Iklim dua musim yang terjadi di negara kita menyebabkan kita dengan mudah membedakan keadaan saat kemarau dan hujan. Pada musim kemarau, tanah berubah tandus, tanaman kering dan mati karena kekurangan air. Tanah itu mati. Tidak ada satu pun kehidupan di atasnya. Pada tanah yang mati ini, Allah Swt. mengirimkan hujan. Pertama, Allah angkat air melalui proses penguapan dengan panas matahari. Setelah terkumpul di awan, Allah Swt. menggiring awan-awan berisi air tersebut ke arah mana pun yang Dia kehendaki. Saat Allah Swt. mengirimkan awan itu ke tanah yang tandus dan menurunkan hujan di tempat tersebut, keajaiban akan terjadi. Pada tahap ini perkisaran angin di antara langit dan bumi memegang peranan yang sangat penting. Tanah yang semula tandus kering tanpa kehidupan berangsur basah. Sejenak setelah masuknya air ke dalam tanah, tunas-tunas baru muncul. Rerumputan, perdu, hingga pohon berkayu keras pun bersemi kembali.
Tanah yang sebelumnya mati, perlahan tetapi pasti hidup kembali dengan tumbuhan dan pepohonan. Tak berapa lama kemudian, dapat dipastikan berbagai jenis hewan mulai yang terkecil mikroba akar, kumbang, ular, hingga binatang besar pun menghuni tanah yang kembali subur itu. Air hujan yang turun dapat meresap ke bawah dan kelak akan menjadi telaga. Air yang mengalir menjadi sungai-sungai juga bermanfaat bagi manusia. Sungai dapat dipergunakan sebagai sarana pengangkutan dan tempat mencari nafkah. Ikan dapat hidup dan berkembang biak di sungai sehingga dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan protein. Selain itu, air sungai juga dapat dipergunakan untuk mengairi sawah dan ladang agar tanaman yang ditanam tumbuh subur dan menghasilkan hasil panen yang baik. Air sungai ada yang mengalir ke laut dan akan menguap ke udara kemudian turun lagi menjadi hujan. Semua itu berjalan dengan teratur dan merupakan tanda kekuasaan Allah.
Dari manakah asal benih tetumbuhan itu? Dari mana pula asal hewan-hewan yang kemudian muncul di tanah yang kembali subur?
Inilah tanda kekuasaan Allah Swt. Keadaan ini menyediakan kajian ilmu pengetahuan yang teramat luas. Peredaran angin juga menjadi tanda kekuasaan Allah Swt. Peredaran angin saat ini kita sebut dengan cuaca. Peredaran angin atau cuaca juga menjadi tanda kekuasaan Allah Swt. dan bagian ilmu pengetahuan. Dengan mempergunakan akal manusia dapat mengetahui arah angin dan pengaruhnya bagi kehidupan. Manusia dapat mengetahui dan memperkirakan bahwa udara akan panas, sejuk, atau dingin. Manusia juga dapat memperkirakan turun hujan atau cuaca cerah.
Perhatikan terjemah ayatnya, ”Dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi”. Angin dan awan dipisahkan perhatiannya karena angin dikatakan dekat kepada manusia, sedangkan awan beredar pada cakrawala yang tinggi. Allah Swt. memerintahkan angin dan awan untuk bergerak ke sana ke mari guna menurunkan hujan dan membagi cuaca. Hal ini tidak dapat terjadi jika Dia tidak menghendaki. Tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. yang tersebut dalam Surah al-Baqarah ayat 164 merupakan pelajaran bagi manusia. Akan tetapi, tidak semua manusia dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda itu. Hanya orang yang mengertilah yang dapat memahami, belajar, dan mengambil manfaat dari pengetahuan yang diperolehnya. (PAI Husni Tohyar)
0 Response to "Tajwid dan Kandungan Surah Al-Baqarah Ayat 164 dan Juga Arab Terjemahnya"
Posting Komentar