Kebudayaan, Adat, dan Sosial Masyarakat Arab Pra Islam (Sebelum Islam)

Kebudayaan Masyarakat Arab Pra Islam (Sebelum Islam Masuk)

Kebudayaan masyarakat Arab pra-Islam yang paling menonjol adalah bidang sastra bahasa Arab, khususnya syair Arab. Negeri Yaman adalah tempat tumbuh kebudayaan yang amat penting yang pernah berkembang di Jazirah Arab sebelum Islam datang. Bangsa Arab termasuk bangsa yang memiliki rasa seni yang tinggi. Salah satu buktinya ialah bahwa seni bahasa Arab (syair) merupakan suatu seni yang paling indah yang amat dihargai dan dimuliakan oleh bangsa tersebut. Mereka amat gemar berkumpul mengelilingi penyair-penyair untuk mendengarkan syair-syairnya. Ada beberapa pasar tempat penyair-penyair berkumpul yaitu pasar Ukaz, Majinnah, dan Zul Majaz. Di pasar-pasar itulah penyair-penyair memperdengarkan syairnya yang sudah disiapkan untuk itu.

Seorang penyair mempunyai kedudukan yang amat tinggi dalam masyarakat Arab. Bila pada suatu suku/kabilah muncul seorang penyair, maka berdatanganlah utusan dari kabilah kabilah lain untuk mengucapkan selamat kepada kabilah itu. Untuk itu, kabilah tersebut mengadakan acara-acara dan jamuan besar-besaran dengan menyembelih binatang ternak. Untuk upacara ini, wanita-wanita cantik dari kabilah tersebut keluar untuk menari, menyanyi, dan bermain menghibur para tamu. Upacara yang diadakan adalah untuk menghormati sang penyair. Dengan demikian penyair dianggap mampu menegakkan martabat suku atau kabilahnya. Salah satu dari pengaruh syair pada bangsa Arab ialah bahwa syair itu dapat meninggikan derajat orang yang tadinya hina, atau sebaliknya, dapat menghinakan orang yang tadinya mulia.

Bilamana penyair memuji orang yang tadinya hina, maka dengan mendadak orang hina itu menjadi mulia, demikian pula sebaliknya. Jika penyair mencela seseorang yang tadinya mulia, orang tersebut mendadak menjadi orang yang hina. Sebagai contoh, ada seorang yang bernama Abdul Uzza ibnu Amir. Dia adalah seorang yang mulanya hidupnya melarat. Putri-putrinya banyak, akan tetapi tidak ada pemuda-pemuda yang mau memperistrikan mereka. Kemudian dipuji-puji oleh Al Asya seorang penyair ulung.Syair yang berisi pujian itu tersiar ke mana-mana.Dengan demikian, menjadi masyhurlah Abdul Uzza itu, dan akhirnya kehidupannya menjadi baik, dan berebutlah pemuda-pemuda meminang putri-putrinya.

Mereka mengadakan perlombaan bersyair dan syair-syair yang terbagus biasanya mereka gantungkan di dinding Ka’bah tidak jauh dari patungpatung pujaan mereka agar dinikmati banyak orang, jika syairnya itu telah digantungkan di dinding Ka’bah, sudah pasti suku/kabilah tersebut naik pula martabat dan kemuliaannya. Dengan demikian, potret seluruh kebudayaan bangsa Arab telah tertuang dan tergambar di dalam karya syair-syair mereka.

Kebudayaan, Adat, dan Sosial Masyarakat Arab Pra Islam - Sebelum Islam


Adat Kebiasaan Masyrakat Arab Pra Islam / Sebelum Islam

Sejarah perkembangan masyarakat Arab tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan Islam. Bangsa Arab adalah suatu bangsa yang diasuh dan dibesarkan Islam. Sebaliknya Islam sebagai agama samawi, perkembangannya dipengaruhi peradaban bangsa Arab.

Lingkungan alam di mana suatu bangsa hidup serta berkembang mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan tabiat, adat istiadat, sosial, ekonomi dan budaya suatu bangsa. Dalam kaitan dengan pengaruh lingkungan bangsa Arab terhadap corak perkembangan Islam, para sejarawan merumuskan sejumlah karakteristik tabiat bangsa Arab yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan Islam, antara lain:
  1. Masyarakat Arab sangat cinta dan setia pada adat dan tradisi kabilahnya masing-masing yang tercermin dalam kegemarannya menjamu tamu-tamunya atas nama kabilah.
  2. Meskipun demikian, seperti diungkapkan oleh Ibnu Khaldun bahwa pada masa jahiliyah masyarakat Arab adalah masyarakat yang sangat tidak beradab. Gemar melakukan perampasan dan perusuhan, tidak memiliki skill dan ilmu, tetapi pembawaan mereka sebenarnya murni, pemberani dan sanggup berkorban untuk hal–hal yang dipandangnya baik.


Dari sini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Arab pada saat itu mempunyai dua sifat sekaligus yaitu sifat positif dan negatif. Sifat positif itulah yang akan menjadi penunjang perkembangan Islam dan pendorong perkembangan masyarakat Arab. Sedangkan sifat negatif akan merusak kebesaran dan persatuan mereka. Kehidupan yang sangat getir dan keras di gurun pasir menyebabkan orang Arab mempunyai kebiasaan buruk yaitu antara lain:
  1. Memandang rendah derajat manusia, dan membunuh bayi-bayi perempuan yang baru lahir. Wanita diperjual-belikan untuk menjadi pelampiasan nafsu laki-laki.
  2. Suka minum khamr yang memabukkan;
  3. Suka berjudi, mencuri, merampok dan menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginan;
  4. Menyembah berhala, yang diletakkan di setiap rumah dan sudut kota. Berhala yang diagungkan oleh mereka adalah Latta, Uzza dan lain-lain.
  5. Membunuh anak perempuan sejak nenek moyang, karena takut akan mendatangkan aib bagi keluarga dan takut kelaparan.
  6. Suka peperangan. Peperangan antar kabilah dapat terjadi hanya karena perkara sepele. Misalnya seseorang dari satu kabilah menghina anggota kabilah lainnya, perbedaan pendapat berkenaan dengan hak-hak perorangan yang segera melibatkan kabilah masingmasing.


Baca juga: Keadaan Geografis Masyarakat Arab Sebelum Islam (Pra Islam)

Kehidupan Sosial Masyarakat Arab pra-Islam

Bangsa Arab memiliki karakter yang positif seperti pemberani, ketahanan fisik, kekuatan daya ingat, hormat akan harga diri dan martabat, penganut kebebasan, loyal terhadap pimpinan, pola hidup sederhana, ramah, ahli syair dan sebagainya. Tapi karakter baik mereka terkikis oleh kejahiliyahan mereka.

Artinya mereka melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk seperti minum khamr (arak) sampai mabuk, berzina, berjudi, merampok dan sebagainya. Mereka menempatkan kaum perempuan pada kedudukan yang sangat rendah. Perempuan dipandang ibarat binatang piaraan dan tidak memiliki kehormatan dan kekuatan untuk membela diri. Laki-laki memiliki kebebasan untuk menikah dan menceraikan semaunya.

Tradisi yang terburuk di masyarakat Arab adalah mengubur anak-anak perempuan mereka secara hidup-hidup. Mereka merasa terhina dan malu memiliki anak perempuan dan marah bila istrinya melahirkan anak perempuan. Mereka menyakini bahwa anak perempuan akan membawa kemiskinan dan kesengsaraan.

Selain itu, sistem perbudakan berlaku di masyarakat Arab. Para majikan memiliki kebebasan memperlakukan budaknya. Mereka punya kebebasan menyiksa budaknya, bahkan memperlakukan budaknya seperti binatang dan barang dagang yang bisa dijual atau dibunuh. Posisi budak tidak memiliki kebebasan hidup yang layak dan manusiawi.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kebudayaan, Adat, dan Sosial Masyarakat Arab Pra Islam (Sebelum Islam)"

Posting Komentar