Riwayat Hidup dan Silsilah Utsman bin Affan (Kepribadian dan Perjuangan Menjadi Khalifah)

Riwayat Hidup dan Silsilah Utsman bin Affan

Nama lengkap Utsman bin Affan adalah Utsman bin Affan bin Abu Al-'Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Ia lahir di Makkah, enam tahun sesudah terjadinya peristiwa ‘Am al-Fiil (Tahun Gajah). Nasabnya bertemu Rasulullah Saw. pada Abdi Manaf. Sedangkan ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi'ah bin Habib bin Abd Syams bin Abdi Manaf bin Qushay. Nama ibu Arwa (nenek Utsman bin Affan dari jalur ibu) adalah Ummu Hukaim Al-Baidha binti Abdul Muththalib, saudara perempuan sekandung Abdullah bin Abdul Muththalib, ayah Rasulullah Saw.

Adapun silsilah Utsman bertemu dengan rasulullah dapat dilihat dalam tabel berikut ini!
Garis keturunan Utsman bin Affan bertemu dengan Rasulullah Saw.
Tabel Silsilah Utsman bin Affan


Khalifah Utsman bin Affan termasuk manusia terkemuka di kabilahnya; ia terkenal dermawan, pemalu, halus tutur bahasanya, dicintai dan sangat dihormati kaummnya. Utsman bin Affan sama sekali belum pernah bersujud kepada berhala dan tidak pernah melakukan perbuatan keji. Sebelum beragama Islam, Ia tidak pernah meminum khamr atau minuman keras. Ustman bin Affan masuk Islam pada umur 34 tahun. Pada saat itu Ia diajak Abu Bakar Ash-Shidiq. Ia termasuk As-Sabiqunal Awwalun (orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama yang memeluk Islam).

Ia mendapat gelar "unnurain (pemilik dua cahaya). Maksudnya, Ia menikah dengan dua putri Nabi Muhammad Saw, yaitu pertama Ruqayyah binti Rasulullah. Pada saat kaum muslimin bersiap-siap keluar untuk Perang Badar, Ruqayyah sakit dan meninggal dunia. Kemudian Rasululullah menikahkan Ustman dengan putrinya, Ummu Kultsum binti Rasulullah. Kemudian ada juga ulama menjelaskan maksud "unnurain yaitu satu nur (cahaya) diperoleh dari membaca al-Qur'an, satu nur (cahaya) lainnya dari melaksanakan shalat malam. Utsman bin Affan meninggal dunia pada hari Jumat tanggal 18 Dulhijjah Tahun 35 H.

Kepribadian Ustman Bin Affan

Khalifah Utsman bin Affan mempunyai kepribadian yang mulia yang dapat kita contoh dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kepribadian Utsman bin Affan adalah:
1. Kerendahan hatinya (tawadhu’)
Khalifah Utsman bin Affan mempunyai sifat rendah hati. Sifat ini muncul dari keihkhlasannya kepada Allah Swt. Abdullah Ar-Rumi mengatakan, "Utsman bin Affan mengambil sendiri air wudhunya apabila ia melakukan shalat malam."
Dikatakan kepadanya, "Jika kamu memerintahkan pembantumu, maka ia akan mencukupimu." Utsman menjawab, "Tidak, malam hari adalah hak mereka untuk beristirahat." Hal ini menunjukkan sifat rendah hari Utsman bin Affan, meskipun tingkat sosialnya tinggi, ia tetap melayani dirinya sendiri pada malam hari dan tidak membangunkan pelayan. Contoh lain adalah sikap tawadhu'nya kepada paman Nabi Muhammad Saw. Al-Abbas Ra. Khalifah Utsman Bin Affan turun dari kendaraannya apabila ia melewatinya. Ia melakukannya hingga Al-Abbas tidak terlihat. Hal ini demi menghargai dan menghormati paman Nabi Muhammad Saw.

2. Kedermawan
Khalifah Utsman bin Affan termasuk sosok yang sangat dermawan. Contohnya: pada waktu Perang Tabuk, Utsman bin Affan mengeluarkan biaya yang amat besar, yaitu membeli Sumur Ruma dan menyedekahkan untuk kamu muslimin, membiayai perluasan Masjid Nabawi pada masa Rasulullah Saw. masih hidup, menyedekahkan barang-barang dagangan yang dibawa kafilah kepada kaum muslimin, padahal para pedagang sudah siap membelinya, memerdekakan satu budak setiap jumat sehingga jumlah budak yang dimerdekakannya sebanyak 2400 budak. Sesungguhnya kedermawan Utsman bin Affan merupakan sifat asli yang melekat dalam dirinya. Ia telah menggunanakan harta bendanya untuk melayani agama Allah.

3. Malu dan menjaga kehormatan diri
Sifat ini begitu indah bagi orang yang memilikinya. Ia dapat menjadi kebaikan, keberkahan, kelembutan, dan kasih sayang. Al-Hasan Al-Bashri pernah bercerita tentang Utsman bin Affan, "Sesungguhnya Utsman bin Affan berada dalam rumah dan pintu tertutup. Namun, ia tidak pernah melepas pakaiannya untuk mandi. Ia melakukan hal ini karena rasa malu yang besar. Selain itu Utsman tidak pernah mengucapkan kata-kata bathil, tidak pernah menyentuh kemaluan dengan tangan kanan sejak digunakan untuk membaiat Rasulullah Saw. Ia tidak pernah minum khamar pada zaman jahiliyah maupun zaman Islam.

4. Pemaaf
Kepribadian khalifah Utsman bin Affan yang lain adalah pemaaf. Imran bin Abdillah bin Thalhah meriwayatkan bahwa Utsman bin Affan keluar untuk melaksanakan shalat shubuh. Kemudian Utsman masuk melalui pintu yang sama. Tiba-tiba pintunya tertutup. Utsman berkata, "Periksalah! Ternyata disitu ada seorang laki-laki yang membawa pedang. Utsman berkata kepadanya, "Apa ini?" Laki-laki tersebut berkata, "Aku ingin membunuhmu." Utsman berkata,
"Subhanallah! Kenapa kamu ingin membunuhku?" Ia menjawab, "Pejabatmu di Yaman menzhalimiku!" Utsman berkata, "Kenapa kamu tidak menyampaikan masalahmu kepadaku, lalu jika aku tidak bersikap adil terhadap pejabatku, kamu dapat menghendaki hal itu kepadaku?" Utsman berkata kepada orangorang disekelingnya, "Apa pendapat kalian?" Mereka mengatakan, "Wahai Amirul Mukminin, ia adalah musuh yang Allah menguasakannya kepadamu."Utsman berkata, "Ia adalah hamba yang hendak melakukan dosa, lalu Allah menyelamatkannya denganku. Datangkanlah seseorang yang menanggungmu bahwa kamu tidak masuk kota Madinah selama aku memegang urusan kaum muslimin." Laki-laki tersebut mendatangkan seseorang dari kaumnya yang menanggungnya. Akhirnya khalifah Utsman bin Affan membebaskannya.
Dari kisah tersebut dapat diketahui bahwa, meskipun ada orang yang mencelakainya, sebagai pemimpin Utsman memaafkan orang tersebut.

5. Ahli Ibadah
Khalifah Utsman bin Affan termasuk orang-orang yang sungguh-sungguh dalam beribadah. Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa ia mengkhatamkan Al-Quran dalam satu rakaat di sisi Hajar Aswad pada musim haji dan ini sudah menjadi kebiasannya. Bahkan dalam firman Allah Swt:
Kepribadian Ustman Bin Affan - Ahli Ibadah
Artinya: (Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. (QS. (Az-Zumar (39:9)

Dari ayat tersebut, Ibnu Abbas mengatakan, "Yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Utsman bin Affan." Selain itu, Utsman bin Affan mempunyai kebiasaan membaca Al-Quran dari awalnya pada malam jumat dan mengkhatamkan pada malam kamis. Tidak hanya itu, Utsman juga melakukan puasa terus menerus dan melakukan shalat malam kecuali waktu awal malam yang ia gunakan untuk tidur.


3. Perjuangan Utsman Bin Affan sebagai Khalifah

Sebelum khalifah Umar bin Al-Khatab wafat, ia membentuk Majelis Syura yang beranggotakan enam orang sahabat Rasulullah Saw. yang kesemuanya pantas menjadi pemimpin. Keenam sahabat tersebut adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abu Waqqas, Az-Zubair bin Al-Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Musyawarah Majelis Syura berlangsung tiga hari. Dimulai dari hari Ahad dan selesai Rabu dinihari, tepatnya bulan dzulhijjah tahun 23 H/6 November 644 M, Utsman bin Affan resmi menjadi khalifah ketiga menggantikan Umar bin al-Khatab.

Ketika dibaiat menjadi khalifah, Utsman berdiri untuk menyampaikan pidato pertamanya, bahwa ia dalam pemerintahannya akan terikat dengan al-Quran, As-Sunah, dan ketetapan Abu Bakar, dan Umar. Ia juga menjelaskan bahwa ia akan memimpin rakyatnya dengan kasih sayang dan hikmah kecuali dalam masalah hukum. Kemudian Utsman memperingatkan kepada rakyatnya agar tidak condong kepada dunia dan terkena fitnah. Hal ini dikarenakan Utsman mengkhawatirkan persaingan, saling benci, dan saling dengki menyebabkan umat menjadi terpecah belah.

Langkah pertama menjadi khalifah, Utsman menulis surat yang ditujukan kepada seluruh gubernurnya. Dalam surat tersebut, Utsman mengukukuhkan dan memberitahukan kepada para pejabatnya bahwa tugas mereka bukanlah mengumpulkan harta benda. Tugas mereka yang sebenarnya adalah menjaga kemaslahatan rakyatnya.

Selain menulis surat untuk gubernur, Utsman juga menulis surat kepada para panglima perang. Dalam surat tersebut, Utsman mengingatkan bahwa mereka adalah penjaga kaum muslimin dan pengayom masyarakat. Kemudian mengingatkan agar sadar akan kewajibannya dan melaksanakannya. Hal ini agar rakyat dan pemimpin sama-sama sadar akan kewajiban dan melaksanakannya. Masing-masing merasa bahwa dirinya bekerja untuk umatnya sebagaimana bekerja untuk dirinya sendiri.

Dalam bidang ekonomi, khalifah Utsman menggunakan prinsip sebagai berikut:

  1. Menerapkan politik ekonomi Islam secara umum;
  2. Tidak berbuat "alim terhadap rakyat dalam menetapkan pajak;
  3. Menetapkan kewajiban harta atas kaum muslimin untuk diserahkan kepada Baitul Mal;
  4. Memberikan hak-hak kaum muslimin dari Baitul Mal;
  5. Menetapkan kewajiban harta kepada kaum kafir dzimmi untuk diserahkan kepada Baitul Mal dan memberikan hak-hak dan tidak menzalimi mereka;
  6. Para pegawai pajak wajib menjaga amanat dan memenuhi janji;
  7. Mengawasi penyimpangan-penyimpangan dalam harta benda yang dapat menghilangkan kesempurnaan nikmat umat secara umum.


Dalam bidang hukum, Utsman bin Affan membuat tempat khusus kehakiman, sebagaimana riwayat yang disebutkan oleh Ibnu Asakir dari Abu Shaleh pembantu Abbas, ia berkata, "Aku diutus oleh Abbas untuk memanggil Utsman, lalu aku mendatanginya di balai kehakiman…" Diantara hakim pada masa khalifah Utsman bin Affan adalah; Zaid bin Tsabit di Madinah, Abu Ad-Darda' di Damaskus, Ka'ab bin Sur di Bashrah, Abu Musa Al-Asy'ari di Basyrah, Syuraih di Kufah, Ya'la bin Umayyah di Yaman, Tsumamah di Sana'a, Utsman bin Qais bin Abi Ash di Mesir. Kemudian dalam bidang ibadah, Utsman bin Affan menambah adzan kedua dalam shalat Jumat. Utsman melihat adanya kebaikan bagi masyarakat dalam penambahan adzan tersebut, yaitu mengingatkan masyarakat tentang waktu shalat jumat yang sudah dekat. Hal ini mengingat wilayah kota dan kekuasanaan pemerintahannya semakin meluas. Karena itu ia berijtihad dalam masalah ini dan kemudian disetujui
semua sahabat.

Peninggalan jasa khalifah Utsman bin Affan yang sampai sekarang bisa dirasakan umat Islam adalah penulisan al-Quran. Hal ini didorong adanya perbedaan bacaan atau cara membaca diantara umat Islam hingga dikhawatirkan berpotensi menyulut api fitnah mengenai kitab suci al-Quran. Karenanya, Utsman bin Affan menginstruksikan kepada ahli qurra’ terkemuka dari para sahabat yang paling kuat hafalan Al-Quran untuk memahami huruf-hurufnya, cara membacanya, mendalami tata bahasa dalam mengerjakan penulisan Al-Quran. Tim penulisan Al-Quran ini diketuai Zaid bin Tsabit. Anggotanya adalah Abdurrahman bin Haris dan Abdullah bin Zubair.

Setelah selesai penyalinan lembaran-lembaran dalam beberapa mushaf, maka ia mengirimkan ke beberapa wilayah, diantaranya di simpan di Madinah, Syam, Kufah, Bashrah, dan Makkah. Setiap mushaf yang dikirim itu disertai dengan pengajar yang mengajarkan umat Islam cara membacanya dengan bacaan-bacaan yang bisa diterapkan berdasarkan hadis shahih dan mutawatir.

Di bawah ini adalah guru yang dikirim ke beberapa daerah:
Baca juga bahasan lengkap kekhalifahan Utsman bin Affan DISINI👈

4. Nilai Keteladanan Utsman Bin Affan

Dari penjelasan tentang Utsman bin Affan sebelumnya, kita dapat belajar keteladanannya. Diantara nilai keteladanan yang dapat diambil adalah;
a. Kerendahan hatinya (tawadhu’).
Sebagai peserta didik madrasah, seharusnya mempunyai sikap rendah hati. Meskipun pintar, kaya, tampan, cantik, dengan orang lain hendaknya tawadhu. Jangan sampai peserta didik diberi kelebihan Allah kepandaian, kekayaan, ketampanan, kecantikan kemudian merendahkan orang lain atau sombong (takabur). Manusia dimata Allah Swt. sangat kecil bagian dari ciptaan-Nya. Karenanya, kita harus mempunyai sikap rendah hati.

b. Kedermawan.
Kekayaan atau kelebihan harta yang kita miliki adalah amanah Allah Swt. yang diberikan kepada manusia. Amanah ini nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada Allah Swt. di akhirat. Jangan sampai harta yang dimiliki dipergunakan untuk hal-hal yang dilarang Allah Swt. Seharusnya harta kita didermakan di jalan Allah Swt. Contohnya untuk membangun masjid, madrasah, pondok pesantren, membantu peserta didik yang tidak mampu, membantu masyarakat yang terkena musibah, dan sebagainya.

c. Malu dan menjaga kehormatan diri
Sikap yang mulai luntur di kalangan pelajar sekarang adalah malu melakukan hal-hal yang dilarang Allah Swt. Di media massa baik cetak maupun elektronik, ada orang yang bangga menampakkan auratnya. Padahal, dalam Islam, seorang muslim dan muslimah harus menutup aurat. Karenanya, malu kalau peserta didik tidak menutup aurat atau malu kalau melanggar tata tertib di madrasah.

d. Pemaaf
Setiap manusia tidak bisa lepas dari kesalahan baik yang disengaja maupun tidak sengaja. Karenanya, apabila semua manusia, termasuk peserta didik madrasah melakukan kesalahan segera minta maaf. Tidak harus menunggu datangnya Hari Raya Idul Fitri. Karena usia seseorang tidak ada yang tahu. Begitu juga bagi yang dimintai maaf, harus bisa menerima maaf orang tersebut. Khalifah Utsman bin Affan memberikan keteladan untuk menjadi orang yang pemaaf.

e. Ahli Ibadah
Tujuan manusia diciptakan Allah Swt. adalah untuk beribadah kepada-Nya, termasuk Jin. Setinggi apapun kedudukannya, sekaya apapun orangnya, sepintar apapun manusianya, sesibuk apapun pekerjaannya semuanya harus beribadah kepada Allah Swt. Hal ini dicontohkan khalifah Utsman bin Affan, beliau sebagai pemimpin yang juga ahli ibadah. Karenanya, peserta didik madrasah tentunya juga bisa mencontoh Khalifah Utsman bin Affan menjadi ahli ibadah. Contohnya shalat wajib dilaksanakan tepat pada waktunya, ditambah amaliah sunnah.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Riwayat Hidup dan Silsilah Utsman bin Affan (Kepribadian dan Perjuangan Menjadi Khalifah)"

Posting Komentar