Perpustakaan, Buku, dan Minat Baca
Konon Julius Caesar pernah menyerang Mesir. Namun, karena Mesir memiliki tentara yang amat kuat, Julius Caesar beserta pasukannya dalam posisi yang sangat terjepit.Dalam keadaan itulah, Julius Caesar memiliki ide untuk menghindari musuh. Kemudian, ia memerintahkan pasukannya untuk membakar perpustakaan besar Mesir. Perpustakaan itu bernama Alexandria.
Berhasilkah dia? Ya, Caesar berhasil meloloskan diri dari kepungan tentara Mesir. Rupanya dia tahu betul bahwa orang-orang Mesir sangat menghargai perpustakaannya. Daripada menangkap musuh musuhnya, tentara Mesir lebih baik mengamankan perpustakaannya yang terbakar itu agar tidak luluh lantak.
Mereka sadar bahwa melalui perpustakaan, pengetahuan yang mereka peroleh dapat diwariskan ke generasi berikutnya. Perpustakaan dapat digunakan sebagai jembatan perantara untuk terus meningkatkan peradabannya ke tingkat yang lebih tinggi.
Berbicara tentang perpustakaan, tentu tidak akan lepas dari isinya yang pada umumnya berupa buku. Secara fungsional, buku merupakan kumpulan ilmu pengetahuan yang lebih awet daripada bacaan-bacaan lainnya. Informasi-informasi yang ada dalam buku lebih lestari daripada sumber-sumber informasi lainnya. Melalui buku, seluruh hasil cipta, karsa, dan karya manusia dapat dilestarikan. Dari buku pula peradaban manusia berkembang. Di dalam buku tersimpan rekaman-rekaman teori yang bisa melahirkan teori baru.
Dalam perkembangan peradaban manusia, buku memang memiliki kekuatan yang dahsyat. Hanya saja, kedahsyatan buku tentu tidak akan ada apa-apanya jika benda tersebut hanya dipajang, tidak pernah disentuh dan dibaca. Tampaknya, inilah masalah kita saat ini.
Dalam soal penyediaan buku dan pengembangan minat baca, Indonesia masih mengalami beberapa kendala. Kendala pertama, jumlah penerbitan buku di Indonesia masih timpang dibandingkan dengan jumlah penduduk. Dalam setahun, penerbitan buku di seluruh dunia mencapai satu juta judul
buku. Akan tetapi, untuk Indonesia, paling tinggi hanya mampu mencapai sekitar lima ribu judul.
Berdasarkan data dari International Publisher Association Kanada, produksi perbukuan paling tinggi ditunjukkan oleh Inggris, yaitu mencapai rata-rata 100 ribu judul buku per tahun. Posisi kedua ditempati Jerman dengan jumlah judul buku yang diterbitkan pada tahun 2000 mencapai 80.779 judul, kemudian Jepang sebanyak 65.430 judul buku.
Sementara itu, Amerika Serikat menempati urutan keempat. Indonesia pada tahun 1997 pernah menghasilkan lima ribuan judul buku, tetapi tahun 2002 tercatat hanya 2.700-an judul. Hal ini sangat jauh apabila dibandingkan dengan produksi penerbitan buku tingkat dunia.
Kendala kedua, minimnya jumlah perpustakaan yang kondisinya memadai. Menurut data dari Deputi Pengembangan Perpustakaan Nasional RI (PNRI), dari sekitar 300.000 SD hingga SLTA, baru 5% yang memiliki perpustakaan.
Bahkan, diduga hanya 1% dari 260.000 SD yang mempunyai perpustakaan. Juga baru sekitar 20% dari 66.000 desa/kelurahan yang memiliki perpustakaan memadai (Kompas, 25/7/02).
Kondisi ini diperburuk dengan semakin tidak pedulinya orangtua akan aktivitas membaca anaknya. Seperti halnya kegiatan pembelajaran yang lain, upaya menumbuhkan minat baca juga akan lebih mudah dan efektif apabila dilakukan sejak dini, sejak kanakkanak. Ini artinya orangtua sangat dituntut keikutsertaannya. Tentu saja, upaya orangtua akan lebih optimal apabila didukung oleh pihak lain. Dari pihak penerbit buku misalnya, dari segi kualitas perwajahan, ilustrasi, isi, dan cara penyajian hendaknya dapat terus diperbaiki. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan ketertarikan anak.
Oleh karena itu, masih diperlukan usaha keras untuk mendorong anak berkenalan dengan perpustakaan sejak dini.
Sumber: Republika, 20 April 2007
0 Response to "Contoh Artikel berjudul Perpustakaan, Buku, dan Minat Baca"
Posting Komentar