Contoh Teks Wacana
Berlibur Sambil Mengenal Alam
Musim liburan yang jatuh pada bulan Juni-Juli telah tiba. Sebagian orang tua memanfaatkan momentum ini untuk memberikan liburan yang bermanfaat bagi anak-anaknya. Di tengah dunia konsumerisme yang gegap gempita, anakanak diajak untuk kembali mengenal alam, kehidupan sosial, dan budaya.
Sempitnya lahan di perkotaan menjadikan mal sebagai salah satu tempat yang menarik untuk mengisi liburan. Anak-anak yang tidak bisa lagi bermain di lahan terbuka kini menyerbu tempat-tempat permainan di mal atau pusat perbelanjaan yang menyajikan ragam permainan.
Bagi yang memiliki uang berlebih, tempat wisata biasanya menjadi pilihan untuk mengisi liburan. Sambil jalan-jalan, anak bisa melihat banyak tontonan, mulai dari pemandangan alam yang indah hingga atraksi aneka satwa yang lincah. Keragaman budaya juga sering dijadikan bahan tontonan.
Namun, bagi sebagian anak, bentuk liburan yang kurang interaktif itu dirasakan mulai membosankan. Tanpa kegiatan yang berarti, anak merasa bahwa tempat yang dikunjunginya sekadar sebagai sarana cuci mata.
Kartika (12) yang tinggal di Batam sudah bosan diajak orang tuanya untuk pergi berlibur ke Singapura atau kota-kota besar lainnya, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali. Menginap di hotel lalu berkunjung ke tempat wisata atau sekadar jalan-jalan sambil berbelanja sudah tidak menarik lagi bagi anak semata wayang pasangan Utiek (45) dan Suhardi (46).
”Dia mengeluh bosan dengan acara liburan seperti itu,” kata Utiek. Kartika adalah anak yang aktif dan suka dengan hal-hal baru serta tantangan. Di sekolah, Kartika yang duduk di kelas VI SD ini sangat suka dengan kegiatan pramuka. Utiek pun harus berpikir keras untuk memberikan acara liburan yang bagus untuk anaknya.
Masa libur panjang juga menjadi masalah tersendiri bagi keluarga pasangan Joko Lelono (43) dan Hesti (35) yang mempunyai dua anak, Ningrum (14) dan Reda (10). Keluarga ini punya kebiasaan pulang kampung atau berkunjung ke rumah keluarga di Yogyakarta, Solo, dan Madiun saat liburan sekolah. Alasannya agar anak-anak Lelono bisa akrab dengan saudara yang jarang dikunjungi.
Empat tahun lalu anak-anak Lelono mulai bosan dengan ”ritual” liburan pulang kampung. ”Anak-anak protes, kok liburannya selalu ke tempat itu-itu saja,” kata Lelono yang bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta. Meskipun sudah dibawa ke tempat wisata yang ada di daerah tersebut, anak-anak Lelono tetap bosan.
Setelah dicari ternyata pola bepergian selama liburan yang menjadi penyebab kebosanan. Anak-anak bosan karena mereka selalu bepergian dengan orang tuanya. Ternyata mereka ingin mandiri dalam mengisi liburannya.
”Kami berlibur sekeluarga dengan maksud agar bisa lebih akrab. Selama ini saya dan suami kan sibuk bekerja dan anak-anak sekolah,” kata Hesti yang berprofesi sebagai guru sekolah menengah atas. Lelono dan Hesti punya prinsip, selama liburan sebisa mungkin anak-anak dijauhkan dari tempat-tempat belanja seperti mal.
Liburan mandiri
Berlibur mandiri tanpa melibatkan orangtua ternyata menjadi alternatif yang menyenangkan untuk mengisi liburan. Untuk mengusir kebosanan, tahun lalu Utiek menawarkan acara science camping kepada anaknya.
Acara liburan tanpa melibatkan orang tua di alam terbuka itu diketahui Utiek dari iklan di surat kabar nasional. Kartika pun tertarik dan berangkat ke Jakara sendirian setelah diantar ke bandara. Di Jakarta, ia dijemput saudaranya.
Selama tiga hari dua malam, Kartika menginap tanpa orang tuanya di Megamendung, Puncak, Bogor. Di tempat itu berkumpul puluhan anak-anak lainnya yang berusia 9 tahun – 12 tahun. Kartika mengikuti banyak kegiatan luar ruang, seperti meniti tali, menyusuri jala dengan mata tertutup, dan mengukur jarak.
Sejak empat tahun lalu, Lelono juga mulai mengubah pola liburan anakanaknya. Ia melihat kedua anaknya terus berkembang dan sudah mempunyai dunia sendiri.
Lelono menawarkan acara live in (menetap di suatu daerah) Ranah Minang kepada Ningrum, anaknya yang ketika itu masih berumur 11 tahun. Adapun Reda, anak keduanya yang saat itu berusia 7 tahun ditawarkan untuk ikut perkemahan di Taman Safari, Bogor.
Sebagai anak kota, Ningrum mendapat banyak pengalaman dari program liburan yang diadakan radio swasta itu. Di Sumatera Barat, ia bisa merasakan cara menanam padi di sawah, memandikan kerbau, belajar menari serampang duabelas, dan membuat alat musik serunai, semacam seruling.
Selain menimba ilmu yang tidak pernah ia dapat di bangku sekolah, Ningrum juga bisa menikmati keindahan alam Ngarai Sianok, Danau Singkarak, atau tempat wisata di sekitar Bukittinggi dan Padang–termasuk mengunjungi Jam Gadang, ciri khas Kota Bukittinggi.
Liburan yang bermanfaat bagi anak tidak perlu dilakukan jauh-jauh dari kota tempat tinggal. Yayah (38), warga Gunung Sahari, Jakarta Pusat, misalnya, tahun lalu mengizinkan anaknya, Indra (14) yang duduk di kelas VIII SMP untuk mengisi liburan dengan berkemah selama lima hari di Puncak, Bogor. Seluruh biaya ditanggung sekolah anaknya. Tahun ini Indra kembali akan mengikuti acara berkemah.
Sementara Ningrum tahun ini akan kembali mengikuti program live in yang kali ini akan diadakan di Solo. Jauh hari, Lelono telah mendaftarkan anaknya. Meskipun sebelumnya Ningrum sering datang ke kota tersebut, ia tetap ingin ikut acara itu karena program itu menawrakan kegiatan belajar membatik dan menari. (Sumber: Kompas, 3 Juni 2007)
Contoh Soal dari Teks Wacana diatas
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!a. Apa yang dilakukan orang tua untuk menghindarkan anak-anak dari dunia konsumerisme saat mengisi liburan sekolah?
b. Apa yang menyebabkan anak-anak mengisi liburan dengan pergi ke mal?
c. Apa yang menyebabkan anak-anak bosan dalam mengisi liburan?
d. Apa pengertian berlibur mandiri?
e. Carilah kalimat fakta maupun opini dalam bacaan tersebut!
0 Response to "Contoh Wacana dan Soal dari Wacana Tersebut"
Posting Komentar