Contoh Variasi Sajak / Permainan Bunyi dalam Puisi (Asonansi, Aliterasi, Rima, Persajakan)

Contoh Macam-Macam Sajak

Langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan objek ke dalam baris-baris puisi yang bersifat puitis. Hal itu dilakukan dengan cara mengembangkan lebih lanjut data yang telah kita catat. Baris-baris puisi dapat dikatakan bersifat puitis jika menggunakan pilihan kata yang tepat sehingga mampu menimbulkan irama bunyi (sajak) tertentu.

Ada beberapa variasi permainan bunyi (sajak), antara lain sebagai berikut.

a. Asonansi dan Aliterasi

1) Asonansi merupakan persamaan bunyi vokal pada kata-kata dalam puisi.
Contoh
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu

2) Aliterasi merupakan persamaan bunyi konsonan pada kata-kata dalam puisi.
Contoh
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh

b. Rima Awal dan Rima Akhir

Contoh
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

Jika diperhatikan dengan saksama, ada persamaan bunyi di awal kata, yaitu bunyi me- pada kata mengangguk, meskipun, dan mengerti. Persamaan bunyi atau persajakan semacam itu disebut rima awal. Pada larik berikutnya, kita temukan adanya persamaan bunyi di akhir kata, yaitu bunyi -al pada kata sakal dan kukenal. Persamaan bunyi semacam itu disebut rima akhir. Rima awal dan rima akhir dapat terletak pada baris yang berbeda, tetapi dapat juga pada baris yang sama.

c. Persajakan Horizontal dan Persajakan Vertikal

Contoh
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh

Pada kutipan tersebut terdapat persamaan bunyi me- pada baris yang sama. Persamaan bunyi semacam itu disebut persajakan horizontal. Pada baris berikutnya terdapat persamaan bunyi (bahkan perulangan kata) tempatku dalam baris yang berbeda. Persamaan bunyi semacam itu disebut persajakan vertikal.

Aspek lain yang perlu kamu pertimbangkan dalam menulis puisi adalah pilihan kata (diksi). Hal ini karena diksi akan ikut menentukan unsur persajakan dalam puisi karyamu. Selanjutnya, kamu dapat mendeskripsikan objek berdasarkan data yang telah dicatat di depan. Objek tersebut dideskripsikan ke dalam baris-baris puisi. Hal itu dapat kamu lihat pada contoh berikut. Barisbaris puisi berikut ini disajikan sesuai dengan urutan data yang telah dicatat di depan. Simaklah!

• kalau aku merantau lalu datang musim kemarau sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting hanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir
• ibu adalah gua pertapaanku
• tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
• tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh lokan-lokan, mutiara, dan kembang laut semua bagiku
• kalau ikut ujian, lalu ditanya tentang pahlawan, namamu ibu, yang akan kusebut paling dahulu

Kata merantaupada baris pertama sebenarnya bersinonim dengan kata bepergian, melancong, berkelana, dan mengembara. Namun, mengapa penulis tidak memilih kata-kata tersebut?

Pertimbangannya adalah bahwa kata merantau mampu memberikan makna dan efek yang lebih khusus, yaitu melakukan perjalanan untuk mengadu nasib. Selain itu, kata merantau juga menimbulkan efek persamaan bunyi (persajakan) yang sama dengan kata kemarau dalam larik tersebut. Pada larik kedua terdapat kata gugur, yang dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata rontok, jatuh, dan luruh. Pemilihan kata gugur ini dimaksudkan untuk menyerasikan dengan bunyi /ur/ pada kata sumur-sumur pada bagian sebelumnya.

Perhatikanlah puisi berjudul Ibu berikut ini!

Ibu
Karya: D. Zawawi Imron

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudra
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat, dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara, dan kembang laut semua bagiku
kalau ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu ibu, yang akan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Variasi Sajak / Permainan Bunyi dalam Puisi (Asonansi, Aliterasi, Rima, Persajakan)"

Posting Komentar